Pada kesempatan kali ini saya membuat tulisan mengenai Fobia Sekola yang selama ini sering di alami banyak peserta didik. Mungkin dengan membaca ini para pembaca bisa memahami gangguan Fobia Sekolah
A.
Pengertian Fobia
Kata “fobia” menurut Baker Encyclopedia of
Psychology and Counseling adalah suatu gangguan, yaitu gangguan ketakutan
yang tidak rasional atau irrational fear dari obyek-obyek atau
situasi-situasi yang tidak berbahaya. Secara singkat Ivan Ward dalam buku yang
berjudul Phobia mendefinisikan bahwa fobia adalah sebagai ketakutan yang tidak
masuk akal.
Fobia sekolah adalah
ketakutan yang luar biasa (di luar porposi yang umum) untuk berada di sekolah.
Ketakutan ini irrasional, sehingga tidak mungkin dihibur dengan keterangan
bahwa tidak ada yang perlu ditakuti di sekolah. Fobia karena sekolah merupakan
sebuah bentuk kecemasan yang tinggi terhadap sekolah. Gejala ini bisa tiba-tiba
saja terjadi dirasakan oleh anak-anak, baik itu di waktu akan berangkat ke
sekolah ataupun selepas liburan sekolah.
Fobia sekolah menurut
Adiyanti, 2006 merupakan rasa keengganan atau ketakutan pada anak untuk
bersekolah sebenarnya merupakan hal yang biasa terjadi. Rasa takut anak pada
umumnya sebagai respon untuk melindungi diri terhadap sesuatu hal. Namun
terkadang pada beberapa anak, ketakutan tersebut dapat menjadi hal yang
irasional dan berdampak sangat besar pada keinginan anak untuk tidak
bersekolah.
Menurut Handayani (2005)
saat anak ingin masuk sekolah, biasanya anak terlebih dahulu mengalami
kecemasan, lalu ketakutan, baru setelah itu terjadilah fobia pada anak. Ada
perbedaan antara kecemasan, ketakutan, dan fobia. Kecemasan atau khawatir
merupakan akibat memikirkan objek atau sesuatu yang belum jelas atau belum
terjadi. Ketakutan adalah rasa takut yang dialami oleh anak yang merupakan
respon negatif terhadap objek maupun pengalaman yang dialami. Takut pada
umumnya objek terlihat lebih jelas. Sedangkan Fobia adalah rasa takut yang
berlebihan, terus-menerus, irasional, bahkan terkadang sulit diatasi dan
dihilangkan dari anak yang mengalami fobia. Karakteristik
anak yang mengalami fobia sekolah biasanya sulit berinteraksi dengan orang lain,
tidak mau bermain dengan teman sebaya, tidak ingin berada lebih lama di
sekolah, selalu menangis dan hanya ingin selalu berada di rumah.
Menurut Carpenter (2005)
anak-anak yang mengalami fobia sekolah biasanya sulit untuk beradaptasi dengan
lingkungan sekolah, teman-teman dan gurunya. Adiyanti (2005) menjelaskan bahwa
fobia sekolah adalah kecemasan yang luar biasa dan terus menerus serta tidak
realistis pada seorang anak, sebagai respon terhadap eksternal tertentu. Fobia
dapat menghambat kehidupan seorang anak yang mengalaminya. Anak yang mengalami
fobia sekolah biasanya menghindari keadaan-keadaan yang bisa memicu terjadinya
kecemasan, seperti menghadapi teman-teman dan guru barunya atau pada saat
mengerjakan tugas sekolahnya, setiap anak biasanya bervariasi dan tidak dapat
diduga. Sedikitnya ada 30% anak mengalami fobia sekolah yang disebabkan takut
pada guru yang galak dan mendapat ejekan dari teman.
Menurut Hurlock (1996),
anak perempuan biasanya lebih banyak mengalami fobia sekolah. Berkisar sekitar
75% dibandingkan anak laki-laki yang
hanya 25%. Hal ini disebabkan karena
ketakutan yang bervariasi, diantaranya takut berpisah dengan orangtua, takut
terhadap guru dan takut tidak mampu beradaptasi dengan teman barunya. Anak
perempuan biasanya lebih memperlihatkan rasa takutnya akan sekolah dibandingkan
anak laki-laki. Karena anak perempuan lebih mudah mengatakan pada orangtua
alasan apa yang membuat anak takut untuk masuk sekolah. Sedangkan anak
laki-laki biasanya lebih sulit untuk mengatakan apa yang terjadi pada dirinya
saat masuk sekolah (Hurlock, 1996).
B.
Jenis - Jenis Fobia Sekolah
Terdapat bermacam-macam jenis fobia sekolah yang
terjadi pada anak. Umumnya para ahli menyimpulkan bahwa terdapat
empat jenis fobia sekolah yang ditandai dengan penolakan masuk sekolah mulai
dari yang ringan sampai dengan yang berat, antara lain :
- Fobia sekolah tahap awal atau initial school refusal behavior. Ini adalah perilaku menolak masuk sekolah yang tiba-tiba dan berlangsung kurang dari satu minggu. Penanganan yang cepat dari orang tua dapat segera menyembuhkan ketakutannya.
- Fobia sekolah yang lebih besar atau substantial school refusal behavior.Ini adalah perilaku menolak sekolah yang telah berlangsung lebih dari satu minggu. Untuk menyembuhkan ketakutannya, orang tua perlu bekerja lebih keras lagi dengan melibatkan guru kelas, konselor anak atau guru BP di sekolah tersebut. Kalau pada tahap ini ketakutan anak tidak diselesaikan, dikhawatirkan akan meningkat ke tahap berikutnya, yaitu tahap akut.
- Fobia sekolah tahap akut atau biasa disebut dengan istilah acute school refusal behavior. Ini adalah perilaku penolakan yang sudah berlangsung lebih lama lagi, yaitu dua minggu hingga satu tahun. Untuk menyembuhkannya, mungkin dibutuhkan beberapa kali terapi dan mungkin sudah membutuhkan bantuan seorang psikolog atau psikiater.
- Tingkat fobia yang paling berat adalah chronic school refusal behavior. Ini adalah perilaku menolak pergi ke sekolah yang sudah lebih dari setahun.
C. Faktor
Penyebab
Dibawah ini ada beberapa penyebab Fobia
sekolah yang biasa dilalami oleh anak-anak menurut para ahli :
- Separation Anxiety
Penyebabnya antara lain karena anak mengalami
separation anxiety, yang pada umumnya dialami anak usia balita (18-24
bulan). Bagi mereka, sekolah berarti pergi dari rumah untuk jangka waktu cukup
lama. Anak terlalu dependen dengan keluarga, terlalu terikat pada rumah. Mereka
tak hanya akan merasa rindu terhadap ayah ibu atau pun mainannya, tetapi juga
cemas menghadapi tantangan. Pemicu lainnya anak mengalami pengalaman negatif di
sekolah dan tekanan di dalam rumah, seperti ayah ibu sering bertengkar sehingga
menganggu konsentrasi belajar.
- Pengalaman Negatif di Sekolah atau Lingkungan
Yang biasanya mencetuskan
fobia sekolah ialah pengalaman traumatis yang berhubungan dengan meninggalkan
rumah atau yang berhubungan dengan pengalaman pahit di sekolah. Kemungkinan
anak-anak malas masuk ke sekolah karena dirinya kesal, takut dan malu setelah
dicemooh dan diejek teman-temanya di sekolah. Juga bisa saja karena persepsinya
akan guru yang galak, apalagi bila ia sudah merasa rendah diri maka aturan –
aturan di sekolah yang terlalu keras dibandingkan di rumah yang terlalu
dimanja, dan sebagainya. Hal tersebutlah yang membuat anak-anak mogok sekolah.
Atau, ada hal lain, seperti mobil jemputan yang
tidak nyaman karena ngebut, perjalanan yang panjang dan melelahkan, takut pergi
sendiri ke sekolah, takut sekolah setelah mendengar cerita seram di sekolah,
takut menyeberang jalan, takut bertemu seseorang yang “menyeramkan” di
perjalanan, takut diperas oleh kawanan anak nakal, atau takut melewati jalan
yang sepi. Para ahli mengatakan, bahwa masalah-masalah tersebut sudah dapat
menimbulkan stress dan kecemasan yang membuat anak menjadi bad mood,
tegang, resah, dan mulai merengek tidak mau sekolah.
Tidak semua anak bisa menceritakan ketakutannya
itu karena mereka sendiri terkadang masih sulit memahami, mengekspresikan dan
memformulasikan perasaannya. Belum lagi jika mereka takut dimarahi orang tua
karena dianggap alasannya itu mengada-ada dan tidak masuk akal. Akhirnya yang
tampak adalah mogok sekolah, agresif, pemurung, kehilangan nafsu makan,
keluhan-keluhan fisik, dan tanda-tanda lain.
- Problem Dalam Keluarga
Hal lain bisa disebabkan oleh problem yang
sedang dialami oleh orangtua dan keluarga secara keseluruhan. Misalnya,
anak sering mendengar dan bahkan melihat pertengkaran yang terjadi antara
orang tuanya, hal ini menimbulkan tekanan emosional yang mengganggu
konsentrasi belajar. Anak merasa ikut bertanggung jawab atas kesedihan yang
dialami orang tuanya, dan ingin melindungi, entah mamanya – atau papanya.
Sakitnya salah seorang anggota keluarga, entah orangtua atau kakak/adik, juga
dapat membuat anak enggan pergi ke sekolah. Anak takut jika terjadi sesuatu
dengan keluarganya yang sakit ketika ia tidak ada di rumah.
Bentuk ketakukan pada anak
yang mengidap fobia sekolah bermacam-macam tetapi intinya ialah menghindari
berada di sekolah atau menolak pergi ke sekolah. Alasan untuk menghindari juga
bermacam-macam seperti misalnya:
1.
Menghindari sekolah dengan
alasan sakit ( sakit kepala, sakit perut, mual, bahkan sampai muntah-muntah,
sakit tenggorokan, dan sebagainya). Rasa sakit ini kadang-kadang suatu
kenyataan, sebab gejala yang dirasakan itu merupakan reaksi yang biasa
dirangsang oleh rasa takut.
2.
Menghindari sekolah dengan
menjelek-jelekkan keadaan sekolah ( guru, pelajaran, kesulitan perjalanan
sekolah, teman sekelas, teman-teman lain dan sebagainya)
- Menghindari sekolah dengan alasan takut, tetapi tidak jelas apa yang ditakuti.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar